SEJARAH PEKON TUGU REJO
Pada awalnya Pekon Tugurejo adalah Pekon yang luas serta banyak penduduknya. Dampak dari luasnya teritorial Pekon Tugurejo mengakibatkan sulitnya pelayanan publik dijangkau oleh masyarakat setempat maka pada tahun 1970, tokoh-tokoh masyarakat mengadakan musyawarah untuk pemekaran, dengan tujuan agar fasilitas publik dan pelayanan aparatur pemerintahan pekon dapat terjangkau dengan mudah oleh masyarakat. Maka pada 1971 terbentuklah Pekon Tugurejo yang merupakan pemekaran dari Pekon Banjar Negara.
Adapun nama Pekon Tugurejo mempunyai makna dan arti “TUGU=Simbol, dan REJO=Ramai/Kamulyan. Sehingga dapat diartikan “Simbol Pekon yang ramai Sejahtera”. Sedangkan tampuk kepemimpinan Pekon Tugurejo Bangun dari awal mulanya pemekaran sampai dengan sekarang sebagai berikut :
No. | Nama Kepala Pekon | Jabatan | Masa Jabatan |
1 | 2 | 3 | 4 |
1. | Sayuti | Plt Kepala Pekon | 1971-1981 |
2. | Seno | Kepala Pekon | 1981-1991 |
3. | Musidi | Kepala Pekon | 1991-2001 |
4. | Truko Wasito | Pj Kepala Pekon | 2001-2006 |
5. | Sutopo | Kepala Pekon | 2006-2018 |
6. | Supoyo | Pj. Kepala Pekon | 2019-sekarang |
Sebagai pekon pemekaran, Tugurejo memiliki fasilitas dan pelayanan umum antara lain :
No. | Jenis Sarana/Fasilitas | Jumlah | Sumber |
1 | 2 | 3 | 4 |
1. | Sekolah Dasar | 1 | Hibah |
2. | Puskedes | 1 | Hibah |
3. | Masjid | 1 | Hibah |
4. | Musholla | 3 | Hibah |
5. | Taman Pendidikan Alqur’an (TPA) | 1 | Hibah |
5. | Balai Pekon | 1 | Hibah |
6. | Kantor Pekon | 1 | Hibah |
Pekon Tugurejo merupakan pekon yang menghubungkan lansung antara Pekon Sidodadi dengan pekon Kanoman Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus dengan luas wilayah ± 800 HA tersdiri dari 2 dusun dan ter terbagi menjadi 5 RT dengan mayoritas penduduk sebagai masyarakat petani dan buruh, Pusat pemerintahan pekon Tugurejo bangun berada di Kota Agung , Tanggamus, Lampung , kondisi Gedung kantor pekon Tugurejo merupakan bangunan belum cukup dengan konstruksi yang kuarang memadai untuk pelayanan masyarakat sesuai tuntutan zaman, bahkan membahayakan keselamatan jiwa, sehingga perlu di rehabilitasi, ketidakmampuan Anggaran Desa untuk membiayai diperlukan bantuan dari pemerintah agar pelaksanaan pembangunan segera dapat terealisasi dan terwujud dengan baik.